Jumat, 16 Maret 2012

pahlawan tanpa tanda jasa


            Ku kayuh pedal sepeda bututku melewati jalan setapak, menuruni bukit  terjal yang telah siap untuk mencabut nyawaku kapan saja. Peluh pun ikut serta membanjiri  seluruh tubuhku.
            Tapi itu semua tak membuat niat tulusku luntur untuk mencapai sebuah bangunan yang kami sebut sebagai kelas untuk sekolah dasar di seberang sana.Semua rasa lelahku akan segera terhapuskan  dengan bertemunya aku dengan anak-anak didikku.  Meskipun jumlah mereka hanya beberapa orang, yakni hanya sekitar 25 orang saja, tetapi itu jumlah yang sangat fantastis.
            Kesadaran mereka akan belajar dan menggali potensi diri telah mengalalahkan medan terjal, genangan lumpur, bahkan bentangan luas sungai yang harus mereka lalui setiap harinya. Wonogiri itulah nama sebuah Desa di mana bakatku sebagai guru sekolah tersalurkan dengan aku mengajar di sekolah dasar yang ku bangun  dengan hasil usaha dan kerja kerasku.
            Batinku menjerit melihat nasib anak-anak yang selalu tertinggal dan menjadi maf’ul orang-orang dari kota yang sengaja memamfaatkan kebodohan mereka. Dari sinilah niatku bangkit untuk membantu mereka. Ku tak ingin nasib mereka sama seperti nasib di masa kecilku.Di waktu kecil Ku hanya bisa bersekolah hanya sampai sekolah menengah atas saja, dikarenakan persoalan Ekonomi dan persoalan keluarga.
            Ayah-Ibuku selalu marah-marah tak jelas baik antara mereka berdua dan kepada diriku. Tapi meskipun begitu, Aku tak mau ambil pusing dengan sikap mereka itu. Aku tetap bersemangat ubntuk belajar dan mengejar prestasi dan hasilnya memuaskan. Aku menjadi siswa yang berprestasi di kelasku meskipun kebanyakan dari mereka adalah anak-anak yang manja dan tentunya kaya.
            Sampai akhirnya tibalah Ujian Akhir Nasional (UAN) Aku berhasil lulus dengan nilai baik walaupun masalah selalu mengawasi dan menghantui gerak-gerikku
            Tapi sungguh tragis nasibku, ketika Aku ingin melanjutkan pendidikanku ke jenjang yang lebih tinggi,sebuah peristiwa yang bisa membuat jantungku berhenti berdetak seolah dengan sengaja di tunjukan padaku. Kedua orang tuaku memutuskan untuk berpisah. Ayah-Ibuku yang selama ini menjadi sandaran bagi diriku kini Mereka menciptakan ribuan paku berduri yang seolah ingin di hujamkan kejantungKu.
            Perpisahan antara Ayah dan Ibuku yang sampai sekarang tak pernah Ku ketahui sebab dan musababnya menjadikan Aku sangat tertekan.
Semenjak kejadian itu, Aku pergi kerumah Budheku diWonosobo.karena kedua orang tuaKu meninggalkanku. Meskipun Aku adalah anak tunggal dalam keluarga, tetapi mereka seperti tak menganggap Aku selaku anaknya untuk berhak mendapatkan kasih sayang itu. Entah setan apa yang telah merasuki mereka dan memperdaya mereka sehingga menjadi begini. Sehingga mereka menelantarkan dan mencampakkan ku begitu saja.
            Meskipun jarak antara rumahku ke Desa Wonosobo rumah Budheku tidak terlalu jauh, tetapi perjalananku serasa amat panjang dan melelahkan dengan memrontaknya keinginan didalam pikiranku yang tak tergapai.
            Setelah sampai didesa Wonosobo rumah Budheku, saudara kandung dari ibuku. Aku di sambut hangat oleh mereka. Budhe yang bernama Sumarni hanya tinggal bersama Sumarno suaminya. Mereka yang menjalani kehidupannya dengan kedamaian.
            Keadaan keluarga di mana aku tinggal sekarang ini tidaklah jauh berbeda dengan keluargaku. Tetapi hanya saja mereka hidup dengan lebih rukun damai dan tentram. Di sini aku merasa ketenangan mendalam menyelimuti diriku. Karena mereka menganggapku sebagai anak mereka sendiri, karena mereka tak mempunyai seorang anak pun lagi.
            Anak semata wayangnya yang bernama Jhon,hilang di hempas Tsunami pada tahun 2004 yang lalu ketika hendak mencari pekerjaan di Banda Aceh.
            Ku jalani hidup baruku dengan bahagia sampai tanpa terasa telah berlalu 2 tahun lamanya.Sselama 2 tahun inilah aku melihat penduduk baik tua-muda, anak-anak dan mereka yang telah dewasa di mamfaatkan kebodohannya oleh bajingan dari kota.
            Penduduk hanya bekerja, bekerja dan bekerja hanya untuk mencari sesuap nasi dan bertahan hidup. Tapi apa?? hasil dari usaha dan kerja mereka hanya dihargai beberapa rupiah saja oleh para Calo dan Bajingan itu.
            Batinku menjerit hatiku bagai di iris-iris sembilu menyaksikan fenomena yang telah mendarah daging ini. Dari sisnilah tekadku bangkit dengan membara ingin mengubah dan menambah cara berfikir dan ilmu mereka agar tidak selalu menjadi budak dari kebodohan.
            Aku yakin dan membulatkan tekadku bahwa walaupun hanya berbekal ilmu yang ku dapatkan dengan beberapa tahun mengenyam pendidikan di bangku sekolah dan pondok pengajian aku bisa membimbing mereka. Aku pun menyadari bahwa sebenarnya ilmu yang ku miliki belum dan tidaklah cukup untuk menjadi Guru, namun Aku yakin seiring berjalannya waktu aku bisa menjadi guru sejati  Amieeeeen!!!
            ILMU TANPA PENGAMALAN IBARAT POHON YANG TAK BERBUAH pepatah arab inilah salah satu kata-kata mutiara yang semakin membakar jiwa dan ragaku.
            Aku menyadari bahwa niatku ini pasti akan mendapatkan berbagi cercaan dan cobaan serta rintangan lainnya dari masyarakat dan kepala suku yang telah lama menjalankan kebiasaan leluhur mereka walaupun kebiasaan mereka ini bisa di sebut kolot dan kebodohan mereka selalu di mamfaatkan oleh orang-orang yang tak bertanggung jawab. Tapi aku yakin orang terdekat Pakdhe dan Budheku pasti akan selalu mendukungku.
            Tak ingin mengulur-ulur waktu, niatku langsung ku sampaikan kepada orang tua no 2 ku ini. Dan Alhamdulilah benar dugaanku mereka menaggapinya dengan sikap positif. Tak lupa mereka kembali mengingatkanku bahwa perbuataan yang akan aku lakukan, tidak akan mudah untuk segera di wujudkan.
            Selain jarak bangunan yang akan di jadikan kelas sangat jauh, sebenarnya sih tidak terlalu jauh hanya 13 km saja. Tetapi di karenakan medan yang akan ku lalui sangat terjal dan sulit, membuat perjalanan ini serasa berpuluh-puluh km jauhnya.
            Factor bangunan juga merupakan salah satu kendalanya! Bangunan peninggalan belanda inilah satu-satunya bangunan yang dulunya dijadikan sebagai benteng, merupakan bangunan yang bisa untuk di jadikan tempat untuk mengadakan proses belajar mengajar.
            Dua minggu ku jadikan sebagai waktu yang kugunakan untuk mempromosikan apa yang aku lakukan nantinya kepada penduduk dan kepala suku atau istilah kerennya sekarang di sebut sebagai pak kades or pak geuchicckk. Sedikit banyak aku menerangkan dan menjelaskan serta memberikan beberapa gambaran keuntungan yang kita peroleh jika kita memiliki satu kata tetapi memiliki berjuta makna yaitu ILMU!!
            Kehidupan kita tidak akan di perbudak oleh hawa nafsu. kita dapat mengendalikan perasaan, mendapatkan keinginan kita dengan mudah,serta yang paling penting adalah kita tidak akan bisa lagi untuk di bodoh-bodohi oleh mereka yang ingin memamfaatkan kebodohan kita.
            Itulah ulasan singkat yang ku sampaikan kepada mereka.Dan Alhamdulilah, mereka menanggapi dan memberikan kesan-kesan yang positif kepadaku semua itu adalah hidayah dari Allah swt.
waktupun terus  berjalan
            Akhirnya hari pertama aku mengajar ku jalani. Aku kembali dibuat takjub karena jumlah anak didikku mencapi jumlah 25 ornang sebuah jumlah yang sangat fantastis menurutku. Ku awali hari masuk kelas hari ini dengan kegiatan perkenalan. Pepatah mengatakan”tak kenal maka tak sayang” maka kami pun mengadakan perkenalan.
Hmzzz hari ini sebuah panggilan yang tak pernah ku bayangkan untuk menjadi nama panggilanku di sebut oleh murid-muridku. Aku di panggil dengan sebutan Pak Toni.
            Hari pertama yang menyenangkan dan melelahkan dimana aku telah berjumpa dan bertatap muka dengan para murid-muridku serta hari pertama pula aku harus pulang pergi melewati jalan setapak dengan sepeda bututku. Hahahah hati kecilku tertawa melihat anak-anak didikku yang usianya ada yang hampir menyamaiku.
            Tetapi, ilmu tak memandang umur dan golongan siapapun yang menginginkannya, dia pasti akan datang kepadanya.
            Hari pertama ini, ku awali dengan dengan mengajarkan kepada mereka doa sebelum belajar agar semua yang kita lakukan didalam proses belajar mengajar menjadi sukses. Meskipun aku bukanlah seorang ulama, tapi sedikit banyak aku mengetahui tentang agama dan beberapa ilmu sosial lainnya. Aku mulai mengajari mereka cara untuk pandai membaca dan berhitung.
            Meskipun anak-anak ini tak pernah mengenal apa itu pelajaran bahasa, matematika, kimia, fisika terlebih lagi agama, tapi mereka bisa dengan cepat menangkap semua pelajaran yang kuberikan. Afdol salah satu nama muridku yang lebih unggul dari yang lainnya pernah bertanya kepadaku.
            Pak Toni, kenapa kulit kami hitam??? itu pertanyaan yan sangat bagus jawabku. kulit seorang anak tidak terlalu jauh dengan kulit orang tuanya, dan itu termasuk golongan kulit dengan sebutan kalek.
            Anak yang lainnya juga pernah melontarkan beberapa pertanyaan kepadaku Afki nama anak tersebut dia pernah bertanya: pak Guru,kalau kulit hitam termasuk golongan kulit kalek, lantas jika kulit putih termasuk golongan kulit apa?? aku tak menyangka ternyata mereka termasuk murid-murid yang mempunyai kecerdasan yang tinggi hanya saja tidak di bimbing. Lantas akupun menjawabnya orang yang berkulit putih termasuk kedalam golongan Kaukasoid. Nah anak-anak untuk mendapatkan penjelasan yang lebih lanjut, maka kita harus belajar dengan lebih giat lagi ok!!!!
            Kegiatan belajar mengajar yang kulakukan ini,mendapatkan dukungan yang lebih baik lagi karena setelah kurang lebih aku mengajari mereka untuk berhitung dan membaca, banyak dari mereka yang telah lancar untuk membaca dan menjumlahkan dengan baik.
            Bahkan karena perkembangan yang ku lakukan sangat signifikan, tak ragu-ragu bahkan kepala suku pun memintaku untuk mengajarinya kursus setelah jam sekolah usai. Dan tak sedikit pula orang tua dari murid-muridku yang  ingin belajar cara hitung menghitung.
            Syukur alhamdulilah ku ucapkan kepada yang maha kuasa karena atas limpahan rahmatnya aku bisa mengamalkan ilmu yang telah ku dapatkan.
            Para Calo dan Bajingan dari kota merasa resah saat ini karena mereka tidak dengan gampang bisa menipu hasil dari kerja keras penduduk desa ini. Bahkan tak sedikit warga yang marah kepada mereka karena selama ini telah di tipu mentah-mentah.
            Perlu diketahui, mayoritas pekerjaan penduduk di desa ini adalah bertani atau bercocok tanam karena tanahnya sangat subur so tak heran para Calo banyak yang mengincar desa ini untuk mendapatkan keuntungan berlimpah dengan membeli semua hasil bumi mereka dengan harga yang angat murah dan kemudian menjualnya kembali dengan harga mencapai empat bahkan lima kali lipat di kota.
            Pekerjaan sebagai guru tidaklah hanya sebatas mengajar saja tanpa memahami keinginan si anak. Tetapi kita di tuntut untuk lebih bisa mengendalikan situasi dan kondisi bahkan menyatu dengannya. Tak jarang guru-guru lainnya ketika melihat muridnya melakukan suatu tindakan yang salah, langsung memvonis dan mengintimidasinya.
            Tidak denganku, ketika aku mendapati banyak dari anak muridku yang lesu dan hampir tertidur di kelas, aku tidak akan langsung memberikan suatu tindakan yang akan merugikannya. Tetapi aku harus memahami terlebih dahulu penyebabnya mengapa dia menjadi seperti itu.
            Pakdhe dan Budhe ku merasa senang atas perubahan yang kulakukan didesa ini,sudah banyak bangunan-bangunan yang didirikan seiring berkembangnya jaman. Setelah beberapa tahun aku mengajar, penduduk desa dengan suka rela membelikanku sebuah sepeda motor untuk mempermudah perjalananku.
            Tak lama setelah aku menerima pemberian sepeda motor itu, ya dua tahun lah kira-kira aku jatuh sakit. Karena selain mengajar dengan menempuh jarak yang lumayan jauh, sepulang aku mengajar, aku membantu orang tua ku bekerja di ladang karena aku tidak ingin selamanya bergantung kepada mereka. Pekerjaan inilah yang telah banyak menguras staminaku telebih karena aku juga kurang memperhatikan kesehatan diriku.
            Lama kelamaan, sakit yang kuderita semakin membuat aku lemah dan pekerjaan sebagai guru sepertinya harus aku tinggalkan semua berkabung atas penyakit yang menimpaku. Tapi ini adalah suratan ilahi tak ada satu makhlukpun yang dapat merubah keputusannya.
            Meskipun begitu, aku banga karena telah banyak melahirkan anak-anak yang berprestasi dan bisa bersaing dengan murid-murid dari kota dan telah mengerti dan menyadari pentingnya walaupun hanya sebuah Ilmu.
            Gubuk di samping rumah Budheku inilah yang menjadi tempat pembaringan dan menjadi sebuah sampan yang kugunakan mengarungi kehidupan di masa tuaku ini dan menunggu jemputan ilahi. Dokter memvonis penyakit stroke  menyerangku dan membuat aku tak bisa bergerak lagi.
            Anak-anak yang dulunya menjadi muridku datang silih berganti melihat keadaanku, hatiku menangis bahagia melihat mereka sudah hidup dengan bahagia!!
            Aku tersenyum ketika seorang yang dulunya pernah menjadi murid dan kebetulan berkulit hitam datang menjengukku. Aku tertawa ketika teringat dia pernah bertanya kepadaku ”oa pak, kenapa sih letak matahari itu jauhhhhh sangat dia di atas sana?? padahal aku ingin bersanding agar aku juga bisa menyinari bumi ini.
            Aku menjawab pertanyaanya “matahari jauh aja lu udah item gimana kalo mataharinya dekat sama elu apa yang Nampak lagi dari elu?? bahkan yang ada bumi jadi gelap pula gak bakal ada terang-terangnya. semua yang hadir tertawa atas jawaban yang ku berikan.
            Jawaban ku lanjutkan tidak salah anak-anak kita mempunyai keinginan seperti Indra. Tetapi yang paling penting terlebih dahulu kita mengenali diri kita sendiri terlebih dahulu dan menyinari keluarga kita dahulu baru kita menyinari dunia.
            Ketika sampai didekatku, Indra langsung memeluk dan mengatakan…….Pak,,, aku kangen dengan lelucon dari bapak lagi.
            Beberapa lelucon yang terkadang aku lontarkan bahkan sampai memojokkan salah satu dari mereka, tak pernah membuat mereka sakit hati. Tetapi itulah salah satu cara yang membuat mereka merasa lebih di perhatikan dan di sayang…
            Sering terbayang di benakku apa yang telah ku alami dan jalani ketika bersama anak-anak didiku. Peristiwa-peristiwa seperti itulah yang menjadi semangat dan menemani diriku di pembaringan menjelang hari tua. Semua yang telah kulakukan dan pengorbanan yang kulakukan untuk semua anak-anak didikku semua itu hanyalah menjadi kenangan terindah sepanjang hidupku. Dan aku bangga bisa menjadi dan berhasil pahlawan tanpa tanda jasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar